Apabila mendengar kata fasisme maka akan lekat dalam pikiran mengenai ideologi-ideologi kontroversial seperti ekstrimisme, marxisme, sosialisme, atau komunisme. Fasisme memang sangat sulit untuk didefinisikan atau ditaruh dalam suatu sekat-sekat pemahaman tertentu. Istilah fasisme sering diartikan sebagai paham mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Istilah fasisme adalah pertama kali digunakan di Italia oleh pemerintahan Benito Mussolini. Namun dalam berkembangnya zaman, fasisme diindikasi mempunyai tujuan terorganisir di mana pemerintah fokus untuk mempersiapkan negara dari serangan konflik bersenjata dengan memegang kontrol pada kehidupan ekonomi suatu bangsa karena selalu membayangkan adanya musuh. Penjelasan Fasisme Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, fasisme adalah prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Apabila disederhanakan, pengertian fasisme adalah paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Istilah fasisme adalah pertama kali digunakan di Italia oleh pemerintahan Benito Mussolini. Dikutip dari suatu jurnal yang berjudul Analisis Propaganda Fasisme oleh Kamaruddin Hasan, dijelaskan pengertian fasisme adalah pengorganisasian masyarakat dan pemerintahan secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan imperialis. Ada sebuah adagium bahwa paham fasisme adalah suatu kepercayaan teori Darwin yang menyatakan, bahwa yang kuat akan selalu unggul dalam persaingan dan akan bisa mendapatkan hidupnya survival of the fittest. Adanya paham fasisme adalah membuat keunggulan segala hal menjadi yang paling utama harus diwujudkan. Pengertian Fasisme Menurut Para Ahli 1. Penjelasan Fasisme Menurut Moore Moore memberikan penjelasan bahwa fasisme adalah suatu cerminan dari kapitalisme yang berkembang seiring pengertian demokrasi kediktatoran yang tergantung pada aliansi kelas tuan tanah, buruh tani, dan borjuis perkotaan, di mana pertanian yang represif berkuasa. 2. Makna Fasisme Menurut Reich Reich memaparkan bahwa fasisme adalah suatu ideologi yang diakibatkan oleh represi seksual dalam masyarakat yang otoriter serta terkekang. 3. Penjelasan Robert Mengenai Fasisme Robert bahwa fasisme adalah paham yang asyik dan penuh obsesifitas, dengan penuh degradasi dalam masyarakat, penghinaan atau menjadi korban. Artinya pengertian fasisme adalah bekerja dengan tidak nyaman atau gelisah bersama elit tradisional serta meninggalkan kebebasan demokratis dalam mengejar perluasan wilayah. 4. Pengertian Fasisme Menurut Nicos Poulantzas Pengertian fasisme adalah paham atau pandangan yang dikarenakan oleh krisis ekonomi serta ideologi di dalam kelas penguasa. 5. Makna Fasisme Menurut Roger Griffin Pengertian fasisme adalah bentuk revolusioner transkelas anti-liberal dan nasionalisme anti-konservatif yang dibangun di berbagai kompleks pengaruh teoritis dan budaya. Mengenal Unsur-unsur Fasisme 1. Mengingkari Persamaan Derajat Kemanusiaan Salah satu pemikiran fasisme diartikan sebagai suatu perbedaan antar bangsa, ada yang lebih rendah dibanding bangsa lain. Fasisme adalah mengklaim sebagai bangsa yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara praktis dikatakan bahwa bangsa yang menang perang akan memperoleh itu semua. Sebab, dengan kemenangan peranglah, ia bisa menguasai yang lemah. Maka prinsip kesamaan derajat kemanusiaan tidak dikenal dalam paham fasisme. Sedangkan konsep ketidaksamaan tersebut didasarkan pada kekuatan. 2. Muncul dari Kebohongan dan Kekerasan Dalam politik pemerintahan bahwa dalam fasisme adalah didasarkan pada siapa kawan dan siapa lawan. Mendukung gerakan fasis adalah kawan, sedangkan siapa menentangnya adalah lawan. Cara berpikir politik fasisme adalah berawal dan berakhir dengan kemungkinan adanya musuh dan pemusnahan musuh sampai tuntas. Oposisi bagi fasis adalah musuh yang harus dibasmi. Pembasmian musuh ini pernah dilakukan Nazi dengan menyiapkan kamp konsentrasi dan kamar-kamar gas untuk warga Negara Jerman dan luar Jerman. Dalam kamp konsentrasi dilembagakan pembunuhan massal bagi para musuhnya. 3. Rasialisme dan Imperialisme Rasialisme dan imperialisme dicirikan oleh ketidaksamaan martabat manusia dan kekerasan yang diterapkan pada masyarakat bangsa-bangsa. Keunggulan ras tertentu menjadi alasan untuk melenyapkan pihak lain yang tidak satu ras. Imperialisme dengan menguasai bangsa lain menjadi tujuan fasisme melalui pembantaian besar-besaran genocide dan perbudakan terhadap bangsa lain. 4. Bentuk Pertentangan dan Ketertiban Nasional Dalam persamaan tertib hukum internasional sangat ditentang oleh fasis. Sebab, hal itu secara tidak langsung mengakui keunggulan pihak lain selain fasis. Ini sama saja mengkhianati doktrin yang dikembangkan atas keunggulan ras, ketidaksamaan martabat kemanusiaan, penguasaan bangsa atas bangsa lain. 5. Ketidakpercayaan Kemampuan Nalar Fasisme adalah secara terang-terangan menolak paham rasional yang selama ini dibanggakan masyarakat barat. Termasuk pula pada urusan-urusan kemanusiaan. Oleh karena itu, gerakan fasisme yang non rasional dengan mengutamakan fanatisme, dogmatisme, dan tertutup.
Berikutadalah faktor munculnya paham fasisme di Jerman: Kemenangan NAZI pada pemilu 1930; Kesulitan ekonomi; Kejayaan masa lampau; Lemahnya pemerintahan; Baca juga: Kerugian yang Diderita Jerman Akibat Perjanjian Versailles. Kemenangan NAZI di pemilu 1930 menjadikan Adolf Hitler Kanselir Jerman. Hitler memiliki ambisi untuk membawa kembali kejayaan Jerman.
– Fasisme adalah salah satu dari beberapa paham atau ideologi dalam proses menjalankan suatu negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, fasisme adalah prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan berasal dari kata fasces’ yang berarti serumpun batang yang diikat di kapak. Baca juga Ideologi Arti, Sejarah, dan Macamnya Lebih lengkap, dikutip dari buku The Anatomy of Fascism 2004 oleh Robert Paxton, fasisme merupakan bentuk perilaku politik yang banyak mendapat penolakan dari masyarakat. Basis partainya yaitu massa yang setia dan militan. Bekerja dengan elite tradisional dan melanggar hukum demi pembasmian di dalam dan perluasan wilayah. Sedangkan dikutip dari Encyclopaedia Britannica, fasisme adalah cara mengatur masyarakat di mana pemerintah yang diperintah oleh seorang diktator mengontrol kehidupan rakyat dan orang tidak diizinkan untuk tidak setuju dengan juga Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi Konsep Dalam Fasisme Seorang sejarawan yang bernama Stanley G. Payne dalam bukunya berjudul Fascism, Comparison and Definition 1980 menjelaskan tiga konsep dalam fasisme, yaitu Fasisme menolak beberapa paham Fasisme menolak adanya liberalisme, komunisme, dan konservatif. Terdapat istilah anti-liberalism, anti-communism, dan anti-conservatism Baca juga Bagaimana Proses Komunikasi Politik? Tujuan Fasisme Fasisme bertujuan untuk menciptakan kediktatoran nasionalis untuk mengatur struktur ekonomi dan untuk mengubah hubungan sosial dalam budaya modern yang ditentukan sendiri, dan perluasan bangsa Gaya Fasisme Fasisme mempunyai gaya atau sistem politik simbolisme yang harmonis atau romantis, mobilisasi massa, pandangan positif tentang kekerasan, promosi maskulinitas, pemuda, dan kepemimpinan otoriter yang karismatik Pemimpin yang Menganut Fasisme Fasis merupakan istilah untuk orang yang menganut fasisme. Berikut pemimpin yang menganut paham fasisme Adolf Hitler yang mempimpin Jerman dari tahun 1933 hingga 1945 Benito Mussolini yang memimpin Italia dari tahun 1922 hingga 1943 Francisco Franco yang memimpin Spanyol dari tahun 1939 hingga 1975 Ioannis Metaxas yang mempimpin Yunani dari tahun 1936 hingga 1941 Ferenc Szalasi yang memimpin Hungaria dari tahun 1944 hinga 1946 Baca juga Pembagian Urusan Pemerintahan Pusat dan Daerah Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
TEMPOCO, Jakarta - Dalam kecamuk Perang Dunia II, di bawah komando Adolf Hitler, militer Nazi Jerman, dengan seragam Nazi yang khas, sempat menguasai Eropa (minus Rusia), hingga Afrika Utara.. Nazi merupakan partai berkuasa Jerman mulai 1930-an hingga berakhirnya Perang Dunia II di 1945. Salah satu kejayaan Nazi di Jerman ketika Adolf Hitler pada 2 Agustus 1938 naik ke tampuk kuasa digelari
OKRIKE OKRIKE IPS Sekolah Menengah Pertama terjawab Salah satu ciri fasisme jerman adalah a. Paham yang mengajarkan asas demokrasi untuk negara b. Angkatan perang Jerman kuat dan tidak tersaingi negara manapun c. Jerman mengaku sebagai bangsa tertinggi di dunia d. Jerman tidak menyetujui semua perjanjian di versailles Iklan Iklan RizalHendri RizalHendri Isinya adalah yang C..... Iklan Iklan nisa324 nisa324 mengaku sebagai bangsa tertinggi di dunia Iklan Iklan Pertanyaan baru di IPS Pendidikan sangat besar peranannya dalam menumbuh kembangkan nasionalisme. pendidikan meyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendor … ong semangat pembaharuan di masyarakat. kebijakan pemerintah kolonial belanda yang berdampak besar dalam perluasan pendidikan di indonesia adalah? Jika sesuai aturan Cultuur stelsel memberikan kemakmuran karena a. rakyat bebas memilih lahan untuk tanaman ekspor b. rakyat dibina berbisnis perk … ebunan sesuai dengan keinginan pasar c. kegiatan mengusahakan tanaman ekspor tidak terlalu diwajibkan d. rakyat dilatih menanam tanaman unggulan di seluruh hanya jangan ngasal Bentuk integrasi sosial yang terjadi akibat terdapatnya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disebut integrasi? Berikut ini bukan merupakan faktor interen dari lahirnya nasionalisme, adalah …? Pengusul penandatanganan naskah proklamasi kemerdekaan agar dilakukan oleh ir. soekarno dan mohammad hatta atas nama bangsa indonesia adalah? Sebelumnya Berikutnya
Jikakita bertanya seperti apa dan bagaimana sifat-sifat gerakan atau politik fasis, ada beberapa ciri-ciri khas yang ada di semua gerakan fasis yakni: Pertama, gerakan fasis berdasar pada prinsip
Jakarta - Paham sosialisme adalah ideologi yang berasal dari reaksi terhadap Revolusi Industri pada abad ke-18. Di masa tersebut, paham liberalisme amat kental dan kondisi di sektor industrialisasi menghadirkan praktik kapitalisme di tangan individu sebagai pemilik modal dan menyampingkan keberadaan ini lahir dan berkembang pada akhir abad ke-18 di Eropa sebagai kritik atas kapitalisme. Para pendukung paham sosialisme menilai sistem ekonomi ini hanya menguntungkan kaum borjuis yang mengeksploitasi kaum lebih paham secara menyeluruh, simak pembahasan latar belakang kemunculan paham sosialisme serta tokoh dan ciri-cirinya berikut ini, dikutip dari buku Sejarah Hubungan Perkembangan Paham-Paham Besar, yang disusun oleh Yuliani 2020.A. Latar Belakang KemunculanIstilah sosialisme digunakan pertama kali oleh Alexander Vinet, seorang teolog Protestan asal Perancis. Dalam artikelnya yang dimuat di surat kabar Le Semeur Penabur di tahun 1831, paham sosialisme adalah paham yang bertujuan untuk membentuk negara yang memberlakukan usaha kolektif dan membatasi kepemilikan secara industrialisasi di Eropa mendorong kemunculan paham sosialisme. Sebagian besar lembaga usaha atau perusahaan merupakan milik swasta atau perorangan. Untuk menjalankan usaha dan pabriknya itu, setiap pemilik usaha kapitalis membutuhkan orang sebagai pekerja buruh.Para pekerja ini dieksploitasi besar-besaran dengan upah yang rendah. Mereka bahkan tidak mendapat jaminan dan perlindungan kesejahteraan. Kondisi tersebut memicu meningkatnya kemiskinan dan kriminalitas. Di sisi lain, kaum kapitalis semakin kaya raya dan menguasai di atas membuat kaum kapitalis dan kaum buruh proletar memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Untuk itu, mereka yang menentang sistem ekonomi seperti ini, khususnya kaum buruh melakukan juga melayangkan sejumlah tuntutan berupa hak-hak, jaminan, dan perlindungan kesejahteraan dari kaum kapitalis. Mereka bersatu dan membentuk kelompok dengan kepentingan untuk memperjelas status dan kedudukan mereka. Kelompok ini yang kemudian disebut sebagai golongan Tokoh Paham SosialismePaham sosialisme didukung dan diperjuangkan oleh sejumlah tokoh yang sangat dikenal di seluruh dunia. Tokoh-tokoh paham sosialisme adalah Robert Owen Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier Perancis, Karl Marx dan Friedrich Engels Jerman.Karl Marx dan Friedrich Engels semakin populer setelah menulis buku berjudul das Capital. Dalam buku tersebut, Karl Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat dunia sama dengan sejarah perjuangan kelas. Oleh karenanya ia mendambakan kehidupan masyarakat tanpa Karl Marx dalam hal ini disebut sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis. Namun istilah komunisme bukanlah ciptaannya, istilah tersebut merupakan ciptaan sosialis Prancis, Etienne Cabet 1788-1856. Karl Marx merupakan pengembang ajaran sosialisme-komunisme yang kemudian berkembang di Rusia dibawah pimpinan Ciri-Ciri Paham SosialismeAdapun ciri utama dari paham sosialisme adalah tidak adanya pembagian kelas sosial, mengutamakan kepentingan dan kekuasaan negara, hak milik pribadi atas produksi tidak diakui, menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan sederajat, kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi diatur paham sosialisme adalah tidak ada pembatas antara orang kaya dan miskin, pemerintah merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam perekonomian, dan mudah melakukan pengendalian kekurangannya yaitu hak perorangan dibatasi, potensi dan daya kreasi tidak berkembang, dan tidak ada kebebasan individu. Simak Video "BNPT Jangan Gunakan Ideologi Kebencian-Intoleran Jelang Pemilu 2024" [GambasVideo 20detik] pal/pal
Beritadan Informasi Salah satu ciri khas dari tanaman bunga melati adalah Terkini dan Terbaru Hari ini - detikcom. Semua Berita; Berita; Foto; detikEdu Senin, 09 Agu 2021 14:50 WIB Ciri-ciri Bunga Melati Puspa Bangsa, Bentuk, Warna, dan Aroma.
- Fasisme tidak muncul dalam semalam. Proyek politik ini adalah buah dari perjalanan seorang politisi memanfaatkan kekecewaan orang kebanyakan, mengkambinghitamkan pihak luar,’ serta membingkai programnya sebagai misi penyelamatan bangsa dan negara. Karena ini dibungkus sebagai misi mulia’, kekerasan yang menyertainya pun menjadi nampak wajar dan perlu. Mengacu pada konseptualisasi beberapa filsuf dan ahli politik, seri pertama dari rangkaian opini ini memaknai fasisme sebagai proyek politik yang dicirikan oleh ultranasionalisme dan otoritarianisme. Menghadirkan ilustrasi dari Inggris, Amerika Serikat, Brazil, Bolivia, dan India, tulisan tersebut menengarai adanya gelombang fasisme baru. Perbedaan antara fasisme era 1930an dan masa kini dibahas di seri kedua. Meminjam pendapat beberapa akademisi, tulisan ini mencoba mengurai proses munculnya fasisme. Ada pemikiran Michael Mann yang dituangkan dalam buku Fascists 2004 yang menekankan pada dual state, yaitu kombinasi antara sisa-sisa rezim lama dengan sistem demokrasi baru yang belum matang. Ada Dylan Riley dalam The Civic Foundations of Fascism in Europe 2019 yang menggarisbawahi peran organisasi masyarakat sipil. Yang sepertinya bisa menjahit aneka penjelasan tersebut dengan rapi adalah Manus Midlarsky dalam Origins of Political Extremism Mass Violence in the Twentieth Century and Beyond 2012 yang mendasarkan teorinya pada kejayaan sesaat ephemeral gains dan bayangan kematian mortality salience. Bukan sekadar Respons terhadap Krisis Secara sepintas, fasisme seringkali dilihat sebagai respons terhadap krisis besar. Gelombang fasisme tahun 1930-an, misalnya, seringkali dianalisis sebagai akibat dari resesi ekonomi, kekacauan politik, dan modernisasi pasca-Perang Dunia I. Lalu, gelombang baru fasisme belakangan ini sering dikaitkan dengan krisis finansial global pada akhir abad ke-21. Meski tidak sepenuhnya keliru, penjelasan di atas tidak lengkap karena tidak menjelaskan variasi antartempat dan antarwaktu. Kalau fasisme abad lalu muncul karena krisis ekonomi dan politik Eropa pasca Perang Dunia I, mengapa ia muncul di beberapa negara Eropa saja, dan tidak di negara Eropa lainnya? Jika fasisme abad kini adalah akibat dari krisis finansial global, mengapa ia hanya mendera beberapa negara, tetapi tidak lainnya. Mengapa fasisme—baik abad lalu maupun abad kini—terjadi pada kurun waktu yang spesifik di masing-masing negara, tidak sebelumnya atau setelahnya? Jawaban yang diajukan Michael Mann berkisar pada dual state. Ini adalah kondisi di mana sebuah negara terjepit di antara sisa-sisa rezim lama yang belum sepenuhnya terkikis dan rezim demokrasi baru yang belum sepenuhnya terlembagakan. Buku Mann secara rinci menunjukkan beberapa hal. Pertama, pasca Perang Dunia I, fasisme muncul hanya di Italia, Jerman, Austria, Hungaria, Rumania, dan Spanyol—menyisakan cukup banyak negara Eropa, terutama di bagian utara dan barat, yang terbebas dari fasisme. Kedua, derajat fasisme di keenam negara tersebut berbeda. Di Italia, Jerman, dan Austria waktu itu, fasisme naik sebagai kekuatan politik utama dan satu-satunya. Di Hungaria dan Rumania, ia bersaing ketat dengan kekuatan-kekuatan sayap kanan lain, yang sebetulnya sama-sama -otoritarianisme. Sedangkan di Spanyol, ia hanya menjadi bagian kecil dari kubu nasionalis pro-otoritarianisme. Menurut Mann, alasan mengapa fasisme abad lalu hanya’ muncul di enam negara Eropa—itu pun dengan derajat yang berbeda—adalah komposisi dual state-nya. Negara-negara Eropa utara dan barat dinilai telah berhasil menginstitusionalisasikan sistem demokrasi liberal sedemikian rupa. Karenanya, rezim lama tidak memiliki peluang kembali berpolitik, kecuali mereka setuju berpolitik secara demokratis. Sedangkan, di enam negara di atas, sisa-sisa rezim otoriter masa lalu dapat berkuasa kembali dengan menghancurkan atau memanfaatkan sistem dan prosedur demokrasi liberal yang masih lemah. Sebagaimana dirinci oleh Mann, taraf kekuatan rezim-rezim lama di enam negara di atas juga berbeda-beda. Di Italia, kelas atas dengan mudah mengadopsi fasisme sebagai proyek politik mereka guna menyelamatkan diri dari gerakan revolusi kelas pekerja. Begitu Perang Dunia I berakhir, mereka memanfaatkan para pemuda yang baru pulang berperang dan sistem demokrasi yang masih sangat lemah guna membangun paramiliter yang dapat menekan lawan-lawan politik mereka secara efektif. Fasisme Jerman muncul setelahnya, saat demokrasi sudah sedikit lebih kuat. Karenanya, upaya kelompok fasis Jerman berkuasa melibatkan strategi-strategi elektoral. Di sini, salah satu fungsi paramiliter adalah meraup suara dalam pemilihan umum. Di Austria, terdapat pertarungan antara dua kelompok fasis Austro-fascism dan Austrian Nazi. Yang pertama cenderung top-down dan prokapitalis, sedangkan yang kedua cenderung populis dan memilih melabel musuh utama mereka, Yahudi, sebagai kapitalis dalam kehidupan nyata, Kapten von Trapp di film The Sound of Music merupakan bagian dari kelompok ini. Singkat cerita, kemenangan Nazi di Jerman berujung pada kemenangan Austro-Nazi. Di ketiga tempat ini, rezim lama tidak menemui hambatan berarti dalam memanfaatkan sistem demokrasi yang masih lemah untuk berkuasa kembali. Di Hungaria dan Rumania, kelompok fasis harus bersaing dengan kelompok konservatif sayap kanan lainnya. Kekalahan Hungaria dalam Perang Dunia I serta perang sipil yang terjadi setelahnya menghabisi kelompok-kelompok sayap kiri. Jadi, politik domestik Hungaria saat itu tidak diwarnai kontestasi aneka aliran politik, melainkan persaingan ketat antara para birokrat pemerintahan dan anggota legislatif. Sisa-sisa rezim lama pun berupaya masuk kembali ke politik dengan mendukung salah satu dari kedua kubu, yang orientasi politiknya sebenarnya tidak terlalu berbeda. Sementara itu, kemenangan Rumania dalam Perang Dunia I memungkinkan sisa-sisa monarki lama, birokrasi, dan militer memasuki kembali arena politik. Sama-sama konservatif secara politik, mereka mengorganisir diri sebagai kelompok fasis, kelompok sayap kanan, dan lainnya. Di kedua negara ini, kelompok-kelompok fasis tidak menemui perlawanan berarti dari mereka yang ideologinya berseberangan. Tetapi, mereka juga tidak bisa berkuasa penuh seperti di Italia, Jerman, dan Austria karena harus terus-menerus bersaing secara ketat dengan kekuatan-kekuatan politik konservatif lainnya. Di sini, peran utama paramiliter adalah membentuk preferensi para pemilih. Spanyol—yang memutuskan netral di Perang Dunia I—tidak terlalu banyak mengalami perubahan struktur kelas dan konstelasi sosial-politik. Kelompok konservatif yang otoriter tetap kuat memegang kekuasaan. Karenanya, fasisme hanya bisa tumbuh sebagai sebuah sayap kecil dalam gerakan ultranasionalis dan antimonarki yang dipimpin Jendral Masyarakat Sipil Jika Mann menjelaskan kemunculan fasisme dari sisi rezim lama dan demokrasi yang lemah, Dylan Riley mengupasnya dari sisi organisasi masyarakat sipil dan demokrasi yang cukup berkembang. Menurut Riley, suatu krisis dan sebuah proyek politik hanya bisa berkembang ke arah fasisme jika ada organisasi masyarakat sipil yang terorganisir. Organisasi semacam ini hanya bisa tumbuh di tengah sistem yang cukup demokratis. Di sini, kita berbicara mengenai organisasi agama, klub olah raga atau hobi lainnya, perkumpulan tetangga, asosiasi profesi dan bisnis, serta koperasi. Riley menunjukkan bahwa fasisme yang muncul di Italia, Spanyol, dan Rumania ditopang oleh organisasi masyarakat sipil yang berbeda. Ini berkaitan erat dengan proyek kebangsaan yang dibayangkan di masing-masing negara. Di Italia, bangsa’ yang diidealkan belum ada, alias baru akan dibentuk di masa depan. Di sini, para produsen mengikat diri dalam asosiasi dan koperasi, yang nantinya bertransformasi menjadi partai politik. Mereka membayangkan bahwa tugas partai politik—beserta asosiasi, koperasi, dan paramiliter underbow-nya—adalah mengedukasi masyarakat luas akan proyek kebangsaan masa depan itu. Di Spanyol, bangsa’ yang diidealkan ada di masa lalu. Karenanya, wajar saja ketika institusi-institusi yang dibayangkan sebagai penjaga proyek kebangsaan ini adalah keluarga, keluarga kerajaan, keluarga pemilik tanah, serta gereja. Berbeda dengan Italia, mereka tidak melihat perlunya mengembangkan partai politik guna mengedukasi masyarakat luas. Terakhir, riset Riley menggarisbawahi bahwa fasisme Rumania bukan proyek mewujudkan bangsa masa depan’ atau kembali pada bangsa masa lalu’. Ia adalah proyek politik negara dalam mengorganisasikan dinamika dan kehidupan politik yang dihadapinya. Di sini, negara berusaha membentuk aneka organisasi masyarakat sipil atau mempengaruhi yang sudah ada supaya menjadi alat mendorong’ kepatuhan terhadap proyek kebangsaan’ yang didisain negara. Berdasarkan kelompok-kelompok yang mengusungnya, fasisme di Italia, Spanyol, dan Rumania dibedakan Riley sebagai fasisme partai, fasisme tradisional, dan fasisme negara. Yang menurutnya sama adalah suasana batin’ orang-orang yang tergabung dalam organisasi masyarakat sipil. Di tengah krisis yang berat, mereka merasa bahwa rezim dan sistem politik yang ada tidak akan mampu menawarkan jalan keluar. Mereka membayangkan diri sebagai kekuatan yang perlu mendobrak institusi politik yang ada dan kekuatan yang bisa melampaui kebuntuan solusi politik. Mereka merasakan panggilan membela’ masyarakat yang lemah, yaitu segmen masyarakat yang dianggap tidak bisa membela diri sendiri.’ Argumen Mann dan Riley cukup berbeda dalam beberapa aspek. Mann mengambil sudut pandang rezim lama, Riley organisasi masyarakat sipil. Penjelasan Mann menggarisbawahi lemahnya demokrasi, sementara Riley menekankan cukup berkembangnya demokrasi. Alih-alih membenturkannya, kita bisa memilih melihat studi mereka sebagai hal yang komplementer, misalnya sebagai dua sisi yang berbeda dari koin yang Sesaat dan Bayangan Kematian Bagaimana dengan Manus Midlarsky? Ia setuju bahwa krisis besar, rezim lama, organisasi masyarakat sipil, suasana batin’ masyarakat, dan kuat lemahnya demokrasi adalah komponen-komponen penting dalam menjelaskan kemunculkan fasisme. Hanya saja, ia berusaha merangkai semuanya dalam urutan proses yang lebih spesifik. Riset Midlarsky mengenai fasisme adalah bagian dari studinya yang lebih besar mengenai ekstremisme politik. Ia menemukan dua sebab utama. Yang pertama adalah kejayaan sesaat ephemeral gains. Menelusuri sejarah panjang negara-negara yang pernah dilanda ektremisme politik, ia mengidentifikasi arah trajectory yang khas. Awalnya, sebuah kelompok dipinggirkan. Lalu kelompok ini berhasil membalikkan keadaan sehingga berjaya. Namun, masa kejayaan ini tiba-tiba terpotong, atau dikhawatirkan akan segera terpotong, dalam kekalahan yang menyakitkan. Kekalahan di sini biasanya terkait dengan kehilangan teritori atau populasi, yang tentu berujung pada kehilangan daya tawar politik. Kekalahan yang datang tiba-tiba setelah masa jaya ini tentu menyakitkan. Para politisi membingkainya sedemikian rupa sehingga bisa menggerakkan massa. Walhasil, massa terjebak dalam suasana batin’ yang mendorong mereka ke salah satu, atau kombinasi dari, tiga jalur berikut takut kembali ke masa lalu di mana mereka dipinggirkan, marah akibat persepsi ketidakadilan, serta rasa malu dan dipermalukan humiliation-shame. Terjepit dalam situasi politik dan ekonomi yang kian memburuk serta terdorong oleh rasa takut, marah, dan/atau malu yang membuncah, mereka merasa bahwa kelompok mereka tidak punya pilihan selain menempuh langkah politik yang ekstrem. Meski kejayaan sesaat ini adalah komponen penjelasan yang penting, ada satu komponen yang tidak boleh terlupa, yaitu bayangan kematian mortality salience. Ketika individu dan kelompok secara kuat mengingat episode-episode kematian kaum mereka—baik sebagai pejuang maupun sebagai korban di tengah perjuangan melawan negara atau kelompok lain—impuls mengambil langkah politik yang ekstrem cenderung menguat juga. Seperti Mann, Riley, dan akademisi yang teliti pada umumnya, Midlarsky secara rinci mendalami kasus-kasus ekstremisme politik dari berbagai penjuru dunia. Ia mengekspolasi kasus-kasus fasisme di Italia, Jerman, Hungaria, dan Rumania, komunisme di Uni Soviet dan Cina, pembantaian di Cambodia, kekerasan atas nama Islam oleh Al-Qaeda, oleh Al-Muhajiroun, di Sudan, di Chechnya, dan di India, serta nasionalisme ekstrem di Sri Lanka, Polandia, Pakistan, Indonesia, negara-negara Balkan, Kerajaan Otoman, dan Rwanda. Semuanya menunjukkan kombinasi antara kejayaan sesaat dan bayangan kematian yang kuat. Sebagai rangkuman dari studi komprehensif Mann, Riley, dan Midlarsky, tulisan ini terpaksa menyederhanakan argumen-argumen mereka yang kompleks. Yang jelas, tulisan ini hendak menunjukkan bahwa fasisme tidak berpangkal pada krisis besar saja. Ada komponen-komponen lain yang menentukan mengapa di tengah krisis yang luas, hanya beberapa negara saja yang terjangkit fasisme, sementara yang lain tidak. Ada persoalan kuat-lemahnya demokrasi, sisa-sisa rezim lama yang ingin membawa kembali cara-cara berpolitik yang non-demokratis ke arena politik kontemporer, organisasi masyarakat sipil yang merasa perlu mendobrak kebuntuan politik yang ada sebagai pembelaan terhadap mereka yang lemah, pembentukan dan penggunaan paramiliter, kejayaan sesaat yang berujung pada rasa takut, marah, dan/atau malu, serta bayangan kematian yang kuat. Bisa jadi, cara terbaik mencegah atau membendung fasisme adalah menangani masing-masing komponen di atas.* Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
Padaera Nazi Jerman, ratusan ribu orang, termasuk anak-anak
Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, melainkan juga rasialisme dan rasisme 19. Salah satu ciri fasisme Jerman adalah...a. paham yang mengajarkan asas demokrasi untuk negarab. angkatan perang jerman kuat dan tidak tersaingi negara manapunc. menghalalkan segala cara untuk mencapai maksudnyad. Jerman tidak menyetujui hasil Perjanjian Versaillese. bangsa Jerman mengakui sebagai ras tinggi di duniaJawaban E1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, melainkan juga rasialisme dan rasisme. Adolf Hitler memasukkan unsur anti-Semit pada fasisme. Kemunculan fasis di Jerman karena berdirinya Partai Buruh Jerman di Munich, yaitu Deutsche Arbeiter Partij oleh Adolf Hitler. Berkembang menjadi partai National Sozialistiche Deutsche Arbeiter Partij dan dikenal dengan Partai Nazi. Pada 30 Januari 1933, Hitler diangkat sebagai konselir adalah paham yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Menjadi sangat penting dalam ideologi fasis, karena ideologi ini selalu membayangkan adanya musuh, sehingga pemimpin dan militer harus kuat menjaga negara. Fasisme adalah sebuah paham politik kekuasaan absolut tanpa demokrasi, paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain. Fasisme sering disebut sebagai sikap nasionalisme yang berlebihan atau tergolong gerakan radikal ideologi nasionalis yang menganut politik otoriter.
y4AIl. 3xtuhjdli6.pages.dev/2683xtuhjdli6.pages.dev/5893xtuhjdli6.pages.dev/2183xtuhjdli6.pages.dev/2563xtuhjdli6.pages.dev/2263xtuhjdli6.pages.dev/3983xtuhjdli6.pages.dev/3953xtuhjdli6.pages.dev/140
salah satu ciri fasisme jerman adalah