BerimanKepada Hari Akhir 12 Manfaat Mempelajari Iman Kepada Hari Akhir KAJIAN RUTIN MASJID AL-KHOIR Kajian Umum Materi: Silsilah Belajar Tauhid (Halaqah KE-
Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir Halaqah 42 – Memperbanyak Al Hasanah Kebaikan Dan Menghilangkan As Sayyiah Dosa Bagian 02 dari 03 Ustadz Dr. Abdullah Roy, Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah wa sholatu wa sallamu ala Rosulillah wa ala ali sohbihi ajmain Halaqoh yang ke-42 dari silsilah beriman kepada hari akhir adalah tentang Memperbanyak Al Hasanah Kebaikan Dan Menghilangkan As Sayyiah Dosa Bagian yang kedua Diantara cara memperbanyak al hasanah dan menghilangkan as sayyiah atau dosa yang ketiga adalah memanfaatkan kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara dan lain-lain. Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allah subhana wa ta ala dengan niat yang benar yaitu untuk mencari pahala dari Allah subhana wa ta ala. Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya, kesehatan dan waktu luang”. Hadist shahih riwayat Bukhari. Dalam hadist yang lain, Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam mengatakan yang artinya sesungguhnya orang-orang yang kaya, mereka adalah orang-orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat, kecuali orang yang Allah berikan kekayaan kemudian bersodaqoh kepada yang ada di kanannya, kirinya, depan dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut amalan yang baik. Hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim. Yang keempat diantara cara memperbanyak al hasanah adalah dengan memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allah subhana wa ta ala karena amalan bisa menjadi hasanah seseorang bila diterima di sisi Allah. Dan syarat diterimanya amalan ada dua yaitu ikhlasdan sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam Yang kelima adalah bertaubat dari dosa yang diiringi dengan iman dan amal sholeh, karena barang siapa yang melakukan yang demikian itu maka dosanya akan diganti dengan hasanah. Allah subhana wa ta ala menyebutkan bahwasannya orang yang menyekutukan Allah subhana wa ta ala, membunuh jiwa tanpa hak, berzina maka mereka akan mendapatkan azab yang pedih di hari kiamat, kecuali apabila dia bertaubat, beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka Allah subhana wa ta ala akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. QS Al Furqon 68-70. Yang keenam, memperbanyak istighfar setiap melakukan dosa atau kurang bersyukur atas nikmat, atau kurang dalam melakukan kewajiban, atau lalai dari mengingat Allah subhana wa ta ala. Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda … Tuubaa bagi orang yang menemukan dalam kitabnya istighfar yang banyak Hadist shahih riwayat Ibnu Majah. Tuuba ada yang mengatakan maknanya adalah surga dan ada yang mengatakan maknanya adalah nama pohon di surga. Yang ketujuh tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya. Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda yang artinya aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung Tihamah, maka Allah subhana wa ta ala menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang berterbangan maka salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam tentang sifat mereka, maka Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam mengabarkan bahwasannya mereka adalah saudara-saudara kita, sholat malam sebagaimana kita sholat malam akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharamkan mereka pun melanggarnya. Hadist shahih riwayat Ibnu Majah. Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini. Sampai bertemu kembali di halaqoh selanjutnya. Wassalamualaykum warahmatullahi wa barakatuh. Abdullah Roy di kota Al Madinah. Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiah HSI Abdullah Roy. Halaqahyang ke-68 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Al-Jannah dan kenikmatannya (Bagian 3) Di antara makanan penduduk surga adalah daging burung dan buah-buahan. Mereka akan meminum arak di dalam surga yang tidak memabukkan dan tidak membuat pening kepala. 🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى 📗 Beriman Kepada Hari Akhir السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-49 dari Silsilah Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar Bagian kedua” Di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada para malāikat dan Nabi Īsā. alayhissalām. Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ 40-42 Bahwasanya di Padang Mahsyar Allāh akan bertanya kepada para malāikat yang disembah oleh sebagian manusia. Sebagai penghinaan terhadap orang-orang musyrikin yang dahulu menyembah mereka. Apakah mereka ini dahulu menyembah kalian? Para malāikat menjawab “Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka dahulu telah menyembah jinn. Kebanyakan mereka berimān kepada jin tersebut” Maksudnya bahwasanya orang-orang musyrikin ketika menyembah selain Allāh, baik orang shālih, benda mati dan lain-lain, maka pada hakikatnya mereka menyembah jinn, karena yang menyuruh mereka untuk menyekutukan Allāh adalah jinn. ⇒Apabila mereka menaati, berarti mereka telah menyembah jin tersebut. Para malāikatpun tidak berkuasa untuk memberikan manfaat, dan tidak pula mudharat kepada orang-orang yang telah menyembah mereka. Para penyembah malāikat itu pun akan diadzab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Di dalam Surat Al-Māidah 116-117 Allāh menyebutkan bahwasanya Allāh akan bertanya kepada Nabi Īsā alayhissalām sebagai penghinaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap orang-orang nashrāni yang menjadikan beliau dan ibu-ibu beliau sebagai Tuhan. Wahai Īsā putra Maryam, Apakah engkau dahulu pernah mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allāh ? Īsā alayhissalām menjawab “Maha Suci Engkau tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk mengatakannya”. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada dirimu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu “Sembahlah Allāh Rabb-ku dan Rabb kalian”. Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku hidup, maka setelah Engkau wafatkan atau angkat aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu. Demikianlah keadaan para malāikat dan Nabi Īsā alayhissalām. Mereka adalah mahluk yang taat beribadah kepada Allāh. Senang apabila manusia hanya menyembah kepada Allāh dan mereka tidak pernah menyuruh manusia menyembah diri mereka. Demikian pula orang-orang yang shālih dan wali-wali Allāh. Manusia yang terlalu berlebih-lebihan terhadap mereka, √ Mereka membuat patung mereka, √ Mereka memajang gambar mereka, √ Mereka membangun dan menghias kuburan mereka, √ Mereka meyakini bahwasanya mereka mengetahui sesuatu yang ghaib, √ Mereka berdo’a kepada mereka, √ Mereka bepergian jauh untuk berziarah ke makam mereka, √ Mereka beri’tikāf di kuburan mereka, √ Mereka menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka, √ Mereka membangun masjid di atas kuburan mereka, atau √ Mereka memasukkan kuburan mereka di dalam masjid, √ Mereka bertawassul dengan do’a mereka setelah mereka meninggal dunia atau menganggap orang-orang shālih tersebut bisa mendekatkan diri mereka kepada Allāh, ini semua termasuk berlebihan. Jangan sampai keadaan seseorang seperti keadaan kaum Nabi Nūh ”alayhissalām yang berlebihan terhadap lima orang shālih yang disebutkan dalam Surat Nūh 23 Atau seperti keadaan sebagian orang yang mengaku mencintai Ali bin Abi Thalib, Fātimah, Hasan, Husain dan sebagian keturunan beliau Radhiyallāhu anhum, kemudian berlebih-lebihan terhadap mereka. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته UntukAnda Yang ingin putranya menjadi muslim yang baik Yang mau putranya tampil kekinian tanpa meninggalkan identitas keislaman. Miliki Setelan Anak Best Seller Kualitas Premium ini sekarang: Bahan : Cotton cvc Ukuran: 2,4 dan 6 Sesuai Usia Anak Harga: Rp. 225.000,- Ukuran: 8, 10, 12 Sesuai Usia Anak Harga: Rp. 235.000,- Ukuran : S-M-L-XL 255.000 Ukuran : XXL-XXXL-XXXXL 280.000 Model Kerah
👤 Ustadz Abdullāh Roy, MA 📗 Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir 🔊 Halaqah 40 Keadilah Allāh Ketika Hisab Bagian 02 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍 KEADILAN ALLAH KETIKA HISAB BAGIAN 2 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين ☪ Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Keadilah Allāh Ketika Hisab Bagian 02. Di antara keadilan Allah ketika hisab, 4⃣ Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun yang dinampakkan akan didatangkan oleh Allah Tidak ada manusia yang di dzolimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak dia lakukan. Allah berfirman فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ ٨ Maka barang siapa yang mengamalkan kebaikan seberat atom sekalipun dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengamalkan sebuah kejelekan seberat atom sekalipun akan melihatnya. Az-Zalzalah 7-8 5⃣. Di antara keadilan Allah ketika hisab, bahwasanya seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Allah berfirman وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ۬ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ‌ۚ “Dan sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” Al-An’am 164 Kecuali apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya dalam kesesatan orang tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda, وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya. Tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun HR. Muslim. 6⃣. Di antara keadilan Allah masing-masing kita akan dipersilahkan melihat sendiri isi kitabnya. Allah berfirman وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا ١٤ مَّ “Dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri.” Al-Isra’ 13-14 7⃣. Di antara keadilan Allah, Allah akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia. Didatangkan para Rasul yang akan bersaksi atas umatnya, bahwasanya mereka sudah menyampaikan. Allah berfirman فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا “Maka bagaimana jika Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami akan datangkan dirimu sebagai saksi atas mereka.” An-Nisa 41 Malaikat akan menjadi saksi. Allah berfirman وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ۬ وَشَہِيدٌ۬ “Dan akan datang setiap jiwa bersamanya para Malaikat yang menuntun dan Malaikat yang menjadi saksi.” Surat Qaaf 21 Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat. Allah berfirman ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ “Pada hari ini akan Kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara dengan Kami. Dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan” Yaasin 65 Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. وبا لله التوفيق والهداية و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Saudaramu, Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍
Halaqahyang ke-42 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang"Keadaan Manusia Ketika Hisāb". Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisābnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisāb. Orang-orang kāfir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia

Hadith 42 Ce hadith représente un appel pour les musulmans afin qu'ils se repentent sincèrement auprès d'Allah et qu'ils lui demandent pardon. Leçons Il existe trois moyens ou manières qui permettent à un musulman d'être pardonné par Allah. Le premier moyen se trouve dans les douas ou invocations, ceci sont des supplications auprès d'Allah, leurs vertus sont précisément exprimé par Allah dans la sourate 40 Al Ghafir verset 60 Et votre Seigneur dit "Appelez-Moi, Je vous répondrai." Le Prophète Saw, A déclaré "la supplication est l'essence du culte" Al-Tirmidhi. Le Prophète Saw, A également déclaré "lorsque vous suppliez Allah soyez certain de sa réponse." Le Prophète Saw a assuré que les invocations sont garanties par Allah, aussi il y assiste ou y répond lorsque certaines conditions sont remplies. Dans le même temps il y a d'autres choses que le musulman doit éviter de faire pour que sa supplication ai une réponse. Les conditions de supplication ont été examinées dans les précédents hadiths. La chose la plus importante est la concentration totale et l'attention du cœur et d'être rempli de l'espoir que Dieu répondra à cette doua et de ne pas se pressé ni être impatient. Les musulmans pratiquent régulièrement la supplication parce que c'est un processus continu. Parmi les sujets que le musulman doit prier Allah dans sa supplication sont le fait de demander le pardonn de ses péchés, le fait d'être sauvé de l'Enfer et d'être parmi ceux qui entreront au paradis. Les musulmans ont à faire du'a avec plein d'espoir qu'il y ait une réponse. Allah dit dans un Hadith Qudsi "Je suis ce que Mon serviteur attend de moi." Muslim. Le Prophète, Saw Dit dans un autre hadith Aucun musulman qui supplie en invocation, qui ne commet pas de péchés ou me coupe pas les liens avec son entourage,, Allah lui accordera l'une des trois choses soit Allah répondre immédiatement à sa supplication, sinon il lui conservera la récompense pourl'au-delà, ou bien il détournera de lui une quantité équivalente de mal qu'il a pu commettre auparavant il lui en pardonne donc une partie. " Les Compagnons demandèrent qui s'ils continuaient à supplier. Le Prophète Saw', A répondu "Alors Allah vous donnera même les deux." Imam Ahmad. Le second moyen qui nous amène à recevoir le pardon d'Allah est l'Istighfar Demande de pardon, même si quelqu'un a commis beaucoup de péchés. Qu'entend-on par la demande de pardon et l'Istighfar qui est lié à la repentance, qui à son tour, exige également que le musulman abandonne complètement la pratique des péchés commis et qu'il ne persiste plus et se réforme. Istighfar est une forme de culte. Le musulman doit faire et exécuter un grand nombre d'Istighfar tous les jours. Allah nous a ordonné de faire l'Istighfar et a félicité ceux qui effectuent Istighfar. Allah dit dans la sourate 39 al-Zumar verset 53 O Mes serviteurs qui avez commis des excès contre eux-mêmes! Ne désespérez pas de la miséricorde d'Allah. En vérité, Allah pardonne tous les péchés. Certes, il est Pardonneur et Miséricordieux. Il existe de nombreuses formes de Istighfar. Il y a ce que le Prophète, Saw a enseigné à ses compagnons à dire. Il est également rapporté que le Prophète, Saw pratiquait l'isthighfar pour rechercher le pardon d'Allah plus de soixante-dix fois par jour, et, dans certains narration plus de cent fois par jour. Par conséquent, les musulmans sont recommandés et doivent ressentir la nécessaires de faire Istighfar et demander le pardon d'Allah au moins cent fois par jour. La meilleure déclaration du pardon est la déclaration qui est rapporté par le Prophète, Saw, Quand il a dit "O Allah Tu es mon Seigneur. Il n'y a pas d'autre Dieu que Toi. Tu m'as créé et je suis ton serviteur. Je suis ton alliance et la promesse, au mieux de mes capacités. Je me réfugie en Toi de les maux que j'ai fait. je professe pour moi tes bontés sur moi et je confesser mes péchés. Pardonne-moides pêches que j'ai commis contre moi même. " Le Prophète,Saw', Dit Celui qui dit cette déclaration avec certitude à son sujet dans la journée et meurt ce jour-là avant le soir, il est l'un des habitants du Paradis, et quiconque dit cette déclaration avec certitude à son sujet au cours de la nuit et meurt dans la nuit avant la matin, il est l'un des habitants du Paradis. " Al-Bukhari L'Istighfar est recommandé d'être pratiquées par de vrais serviteurs qui recherchent la proximité d'Allah et donc par l'ensemble des est recommandé de le faire le matin, de préférence après la priere al Fajr, et le soir jusqu'au coucher du soleil. Cela devrait faire partie des supplications qu'ils exercent jour et nuit. Allah dit dans Sourate Al Nisa verset 110 Quiconque agit mal ou fait du tort à lui-même, puis aussitôt implore d'Allah le pardon, trouvera Allah Pardonneur et Miséricordieux. La troisième moyen de chercher le pardon d'Allah est le Tawhid qui signifie que le musulman doit adorer Allah seul. Allah doit être adoré sans associer ni lui attribuer quelconque partenaires. Allah dit dans Sourate An Nisa verset 116 Certes, Allah ne pardonne pas qu'on Lui donne des associés. A part cela, Il pardonne à qui Il veut. Quiconque donne des associés à Allah s'égare, très loin dans l'égarement. Parce que le musulman rempli toutes les obligations du Tawhid, il sera pardonné et récompensés Dans un précédent hadith de la collection de l'imam Nawawi des Quarante Hadith, nous avons discuté de l'importance de la réalisation de l'idée de Tawhid où les musulmans aiment ont peur, et glorifient Allah constamment. Par le Tawhid, Les musulmans se réfugier auprès d'Allah et demandent son soutien et son aide. Le Tawhid, signifie que le cœur du croyant devient entièrement consacrée à Dieu. Ce n'est qu'alors que les musulmans seront éclairés, inspirés, et leur Iman ou leur foi seront renforcés et leurs péchés seront pardonnés. Par la réalisation de l'idée de Tawhid, Le musulman réduit également les chances de commettre des péchés parce que son cœur est entièrement consacrée à Dieu. Tawhid est l'essence du message de chaque prophète. Tous les prophètes, paix soit sur eux, ont été envoyés avec le message de Tawhid; Qu'Allah est le seul qui mérite d'être adoré et d'être totalement respectée. Malheureusement, beaucoup de musulmans d'aujourd'hui ne respectent pas la réalisation de Tawhid. Beaucoup de musulmans violent Tawhid, Par exemple, il existe certains groupes de musulmans que de lors de l'abattage d'une bête supplient des musulmans morts. En faisant ces actes ils associent quelque chose à Allah, ils violent les messages les plus importants de l'Islam qu'est la réalisation de Tawhid. Si nous voulons être de bons musulmans envers Allah, nous devrions suivre la voie des awliya ' Allah serviteurs d'Allah. Nous devons suivre leurs habitudes et pratiques mentionnées au hadith 38. Ils avaient des bonnes mœurs, ils ont adoré Allah, le craignaient, avait la conviction totale ou la foi en Allah et en Ses messagers, et ils ont été soumis à Allah et ont suivi ses instructions - ce compris l'exécution de bonnes actions. Cette obéissance a été fondée sur la crainte d'Allah, se repentir à Allah et la soumission à Sa volonté. En outre, ils ont été caractérisés avec un dévouement, d'honnêteté et sincérité. Si nous voulons le faire dans le bon sens nous devrions adhérer à ce qui est mentionné ci-dessus et agir comme les awliya ' Allah quand ils étaient vivants. Allah nous dit dans le Coran que c'était ce qui a conduit le peuple de Noé à se dérober quand ils ont commencé glorifiant et en donnant leurs justes morts un statut plus élevé que ce qu'ils méritaient. Cela les conduit à adorer ces morts plus tard, dans la mesure où certains d'entre eux fait des idoles de ces personnages célèbres. Ceci a finalement conduit à leur destruction par Allah. En raison de malentendus ou de la méconnaissance de l'essence du message de Tawhid, beaucoup de musulmans aujourd'hui effectuent de mauvais actes interdits. Certains d'entre eux peut être dispensé pour une raison ou une autre, mais ce sont des actes terribles qui déplaisent à Allah et à mener à se dérober. C'est très risqué, car beaucoup de musulmans qui tombent dans ces catégories doivent repenser à ce qu'ils font. Ils doivent se repentir à Allah et implorer Son pardon, car Il est l'Unique envers lequel nous devons chercher le pardon. Il est celui qui nous aide et Il est celui que nous devons obéir et compter. La réalisation de Tawhid est très important pour tous les musulmans. Il s'agit de la dernière partie du hadith. En outre, il est le dernier hadith dans la collecte de l'Imam Nawawi. Ceci est très important pour nous que les musulmans depuis cette dernière partie résume la chose la plus importante dans l'Islam et qui est le Tawhid. C'est un message d'Allah à tous les musulmans afin de s'assurer que leurs Tawhid est sincère et pure. Il est important de réaliser qu'il ne faut attribuer aucun partenaires à Allah. Ce faisant, ils sont assurés qu'ils recevront le pardon d'Allah, même s'ils ont commis d'autres péchés. Pour réaliser Tawhid Les musulmans doivent remplir toutes ses obligations envers Allah en mettant pleinement en soumettant à Sa volonté, en l'adorant, lui obéir et à la suite Ses conseils et de la révélation et d'éviter ce qui suit - Éviter toutes formes d'association, Que ce soit dans les paroles ou les actes visibles ou cachés. - Ils devraient aussi éviter de désobéir ou de commettre des péchés parce les péchés affaiblissent le Tawhid. - Éviter Riya ' Faire des choses dans un intérêt mondain non pour l'amour d'Allah. - Les musulmans doivent également éviter les innovations ou les hérésies, car cela conduira à l'affaiblissement de Tawhid. - Éviter toute forme d'hypocrisie spécialement dans les actions répétées qui sont considérés comme des traits de la Munafiqun tels que avoir omis de tenir une promesse, le mensonge, la transgression dans les querelles et les différends. En général, les musulmans doivent éviter tout acte illégal qui mène à la malhonnêteté, la mauvaise foi, et la transgression. Conclusion Ce hadith mentionne trois voies qui mènent au pardon d'Allah. Il convient de noter que ce ne sont pas les seuls moyens. Les érudits musulmans mentionnent d'autres moyens et façons de recevoir le pardon, comme nous l'avons vu dans les précédents hadiths, Comme la persistance dans les difficultés, la mise à l'essai, la maladie, la patience, la torture dans la tombe, le fait d'éviter les péchés majeurs, les situations horribles du Jour du Jugement, le fait de suivre le comportement du ProphèteSaw … Il est possible d'être pardonné de ses péchés en effectuant les piliers de l'Islam, le jeûne des jours spécifiques tels que le jour de l'Achoura et le jour de Arafa, ainsi que et l'intercession Shafa'ah du Prophète, Saw ou Et l'intercession des croyantsqui est subordonnée à l'autorisation d'Allah.

BerimanKepada Hari Akhir2 halaqah 26 - ditiupnya Sangkakala 1 halaqah 27 - ditiupnya Sangkakala 2 halaqah 28 - Kebangkitan Halaqah 29 - Kejadian - kejadian Dahsyat di Hari Kiamat Halaqah 30 - Keadaan Manusia Ketika Melihat Kedahsyatan Hari Kiamat ‎Show Wisnu Canal, Ep HSI Beriman Kepada Hari Akhir2 Halaqah 26 - 40 - Mar 6, 2022.
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى 📗 Beriman Kepada Hari Akhir السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-41 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang “Pertanyaan Ketika Hisāb” Ketika hisāb, Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara dengan para hamba dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allāh. Allāh akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Tidaklah di antara kalian kecuali Rabbnya akan berbicara kepadanya. Tidak ada antara dia dengan Allāh penerjemah. Dia akan melihat di sebelah kanannya, maka dia tidak akan melihat kecuali amalan yang sudah ia lakukan. Dan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah dia lakukan. Dan akan melihat depannya, maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma” Hadīts Bukhāri dan Muslim Adapun hadīts yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat. ⑴ Orang yang mengungkit-ungkit pemberian ⑵ Orang yang menjual barang dengan sumpah palsu ⑶ Orang yang musbil yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki, yaitu bagi laki-laki Hadīts Riwayat Muslim Maka yang dimaksud dalam hadīts ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ulamā bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berbicara dengan mereka dalam keadaan ridhā. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah. Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhīd kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman فَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرۡسِلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلۡمُرۡسَلِينَ “Maka sungguh kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para Rasūl. Dan sungguh kami akan tanya para Rasūl” QS Al-A’rāf 6 Kita akan ditanya, bagaimana kita akan menjawab ajakan Rasūl dan ajakan Rasūl yang paling besar adalah Tauhīd. Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allāh berikan kepada kita di dunia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ يَوۡمَٮِٕذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ “Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan”. QS At-Takatsur 8 Di antara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman bagaimanapun sederhananya di pandangan manusia. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan adalah akan dikatakan kepadanya, “Bukankan Kami telah menyehatkan badanmu dan memberimu air yang dingin?” Hadīts Riwayat Tirmidzi Di dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya, √ Tentang umurnya untuk apa dia gunakan, √ dan ditanya tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan, √ dan akan ditanya tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan √ dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan” Hadīts shahīh Riwayat Tirmidzi Orang yang mensyukuri nikmat tersebut, dialah yang akan selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan maupun perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut, bahwasanya itu adalah dari Allāh. Lisannya bersyukur dan memuji kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Di antara hal yang akan ditanyakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika hisāb adalah pendengaran, penglihatan dan hati kita. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ‌ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬ “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya ilmunya. Sesungguhnya setiap manusia kelak akan ditanya tentang pendengaran, penglihatan dan hatinya.” QS Al-Isrā’ 36 Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan dan hatinya dari apa yang Allāh harāmkan. Di antara yang Allāh tanyakan adalah perjanjian. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِ‌ۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـُٔولاً۬ “Dan sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan” QS Al-Isrā’ 34 Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allāh dan kepada makhluk. Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya. Di antara hal yang akan ditanyakan adalah tentang amanat yang telah Allāh berikan kepada kita. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda yang artinya “Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imām atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut .” Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allāh untuk menegakkan hukum-hukum Allāh atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada kebaikan serta memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami dan lain-lain. Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan pekerjaan sebagai seorang pembantu. Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran kita sesuai dengan yang Allāh perintahkan. Baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin. Baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi. Baik sebagai suami maupun seorang istri. Baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak. Baik sebagai seorang guru maupun murid dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Halaqahyang ke-76 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "An-Naar (Neraka) dan Adzabnya Bagian yang Pertama" An-Naar secara bahasa adalah api. Secara syariat, An-naar adalah negeri di akhirat yang penuh dengan adzab, yang Allah sediakan untuk orang-orang kafir. Adzab yang sangat pedih dan menghinakan. السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاتهالحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-42 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Keadaan Manusia Ketika Hisāb” Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisābnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisāb. Orang-orang kāfir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia namun mereka akan dihisāb dan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sebagai celaan kepada mereka dan untuk menunjukkan keadilan Allāh serta menegakkan hujjah atas mereka. Hisāb terhadap orang-orang kāfir akan sangat teliti. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda وَمَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكْ “Barang siapa yang diperiksa dengan teliti hisābnya, maka dia akan binasa.” Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim Adapun orang-orang yang berimān maka mereka akan dihisāb dengan hisāb yang mudah. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ ٧ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا ٨ “Adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya,maka dia akan dihisāb dengan hisāb yang mudah.” Qs. Al-Insyiqaq 7-8 Dan yang dimaksud dengan hisāb yang mudah disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts yang artinya “Sesungguhnya Allāh akan mendekatkan seorang mu’min kemudian menutupinya, kemudian Allāh berkata kepadanya. “Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?” Maka orang mu’min tersebut akan berkata, “Iya wahai Rabbku”. Sehingga ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla sudah membuatnya mengakui dosa-dosanya dan hamba tersebut melihat bahwasanya dirinya binasa yaitu karena dosa-dosanya tersebut, maka Allāh berkata aku telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan aku mengampuninya untukmu hari ini. Maka diapun diberi kitāb kebaikan-kebaikannya.” Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya ada 70 ribu orang dari umatnya yang kelak tidak dihisāb sama sekali. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam menyebutkan bahwasannya mereka adalah ⑴ Orang-orang yang tidak pernah minta diobati dengan besi panas⑵ Tidak minta diruqyah oleh orang lain⑶ Tidak bertathayyur yaitu menganggap sial dengan melihat burung ataupun semisalnya Dan mereka hanya bertawakal kepada Allāh. Di antara mereka adalah seorang sahabat Ukasyah Ibnu Mihshan Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى AAcFtF.
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/207
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/474
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/306
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/144
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/163
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/53
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/191
  • 3xtuhjdli6.pages.dev/335
  • halaqah 42 beriman kepada hari akhir